Connect with us

SukaSinema

Film ‘Dua Garis Biru’ Berhasil Mendapatkan Sejuta Penonton Dalam Enam Hari

Film

Film ‘Dua Garis Biru’ Berhasil Mendapatkan Sejuta Penonton Dalam Enam Hari

Film ‘Dua Garis Biru’ Berhasil Mendapatkan Sejuta Penonton Dalam Enam Hari

Film Dua Garis Biru memang telah menerima berbagai macam penolakan dari pihak tertentu karena tema dan isu yang mereka angkat. Namun nyatanya, hal tersebut tidak meredam kesuksesan film ini karena berhasil menembus lebih dari satu juta penonton. Bukan hanya itu, angka penonton tersebut juga berhasil didapatkan dalam enam hari saja sejak perilisannya di bioskop seluruh Indonesia.

Gina S Noer, sang sutradara dan penulis naskah film ini, sangat menyukuri pencapaian tersebut. Baginya, kesuksesan ini bukan hanya dirayakan atas isu yang diusungnya. Namun juga untuk merayakan cerita-cerita asli karya penulis naskah Indonesia.

“Ya saya senang banget, malah nggak nyangka,” ungkap sang sutradara. “Tapi selain menjadi perayaan film Dua Garis Biru terhadap niat baik kita ngomongin soal parenting, soal sex education. Juga perayaan cerita-cerita asli di industri film Indonesia.”

Ia menganggap bahwa cerita original di industri perfilman Indonesia haruslah dirayakan. Gina S Noer semakin senang karena Dua Garis Biru ditonton oleh banyak orang meski bukan sekuel film atau adaptasi dari novel laris. Film ini justru memiliki cerita yang dibangun sendiri dan dibuat dengan estetikanya sendiri.

“Karena selama ini banyak banget yang berpikir kalau mau bikin film bagus dan laku, harus kalau nggak cerita adaptasi, sekuel, atau cerita harus ringan,” jelasnya. “Tapi Dua Garis Biru menghadirkan cerita yang agak dalam, ngasih pilihan edgy, tetap sesuai dengan estetika pembuatnya dan bisa laku. Kita bahagia banget sih.”

Gina S Noer menciptakan Dua Garis Biru dengan jalan pikirannya sendiri yang sudah terbentuk bulat. Untungnya, idealismenya ini mendapatkan sambutan yang positif dari sang produser. Ia pun tidak takut untuk bermain-main dengan simbol, mengambil gambar yang lebih berani dan sesuai estetikanya, juga detail-detail yang menarik. Jelas saja bahwa pilihannya tersebut diterima dengan begitu baik oleh para penonton.

“Yang paling bikin semangat, kejujuran dari pilihan estetika yang selama ini kalau sama produser lain ‘Ngapain sih kaya gitu, berat-beratin’,” ujarnya. “Tapi pak Chand Parwez sebagai produser malah bener-bener ngebebasin, ngebiarin gitu. Sekarang diapresiasi penonton. Lebih viral karena ngomongin itunya [simbol-simbol] malah, dan diterima bahkan penontonnya segini, itu luar biasa rasanya. Sebagai creator dan kemudian dimengerti adalah perasaan yang amat sangat diimpikan.”

Continue Reading

More in Film

To Top