Connect with us

SukaSinema

BKKBN Angkat Bicara Mengenai Film ‘Dua Garis Biru’ Dan Isu Yang Diangkat

Film

BKKBN Angkat Bicara Mengenai Film ‘Dua Garis Biru’ Dan Isu Yang Diangkat

BKKBN Angkat Bicara Mengenai Film ‘Dua Garis Biru’ Dan Isu Yang Diangkat

Film Dua Garis Biru telah menjadi bahan perbincangan sejak sebelum dirilis karena mengangkat isu kehamilan remaja dan pernikahan dini. Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) baru-baru ini akhirnya angkat suara mengenai film satu ini. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN, Dwi Listyawardani, memberikan apresiasinya atas film tersebut. Pasalnya film tersebut mengisahkan tentang pernikahan dini di usia remaja.

“Artinya, cara kita mensosialisasikan itu supaya bisa diterima oleh sasaran kita,” ujar Dwi Listyawardani. “Terutama remaja dan keluarganya itu. Harus variasi, di antaranya melalui film ini.”

Film Dua Garis Biru seharusnya dijadikan pembelajaran bagi semua orang untuk menerapkan pendidikan seks sejak dini. Terdapat banyak aspek yang dapat diambil dari film ini seperti masalah putus sekolah, kesehatan reproduksi, dan sebagainya. Film ini juga dianggap bagus karena sifatnya tidak menggurui namun menceritakan dampak-dampak buruk yang bisa terjadi.

Psikolog Roslina Verauli juga mengatakan bahwa Dua Garis Biru menggambarkan dengan baik masyarakat Indonesia yang masih tertutup mengenai seks. Pendidikan seks sejak dini justru dianggap penting untuk diberikan untuk menghindari anak-anak dari dampak pergaulan bebas. Menurut sang psikolog, remaja juga perlu diedukasi mengenai tanggung jawab dalam membentuk keluarga.

“Tayangan film ini menggambarkan drama keluarga,” ujar sang psikolog. “Ketika anak dan orangtua tinggal serumah, tapi secara emosional terpisah. Di Indonesia, kita gak pernah membahas seks secara terbuka. Budayanya malu. Akibatnya, banyak remaja yang terperosok karena minimnya pengetahuan.”

Agar dapat mendekati anak-anak dan remaja saat ini, bagi Roslina Verauli sudah tidak bisa hanya melalui buku. Anak-anak harus dapat diajak berdiskusi mengenai pentingnya menjaga organ reproduksi dan tubuh mereka. Selain itu, pendidikan seks dan dampak seks di usia dini juga harus mereka ketahui.

“Tayangan seperti ini sudah lama saya nantikan di tanah air,” lanjutnya. “Mendekati remaja gak bisa hanya by book saja. Perlu video yang menyentuh, kasih lihat dampaknya kalau tidak hati-hati dan gak ada tujuan yang jelas.”

M. Yani, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN juga mengatakan bahwa menjadi orangtua itu tidak mudah. Kehidupan setelah menikah tidaklah seindah yang dibayangkan dan tidak banyak remaja yang mengetahuinya.

“Film ini mengetengahkan persoalan pascapernikahan,” ujar M. Yani. “Punya anak itu gak wajib, tetapi menjadi orangtua adalah kewajiban. Ketika pasangan muda yang belum siap, harusnya remaja secara fisik bisa jadi sudah siap, tapi secara mental berat. Bukan hanya bagi ibu, tapi juga ayah.”

Continue Reading

More in Film

To Top